Oleh: Heru Farhani
*) Wartawan lepas di beberapa media. Dimanahi sebagai sekretaris Forum Mahasiswa Singkawang (FORMASI)
Panglima besar Jendral Sudirman adalah sosok yang luar biasa dalam menumbuhkan semangat juang dan rasa nasionalisme bagi para pemuda. Dikisahkan, dalam sebuah percakapan ia mengatakan “Wahai para pemuda Muhammadiyah, ada dua pilihan penting dalam kehidupan yang kita jalani saat ini. Yang pertama iskhariman, yakni hidup mulia, dan yang kedua musyahidan, yakni mati syahid. Kalian memilih yang mana:? “kalau memilih iskhariman bagaimana syaratnya”? tanya Hardjomartono.
“kamu harus selalu beribadah dan berjuang untuk agama Islam”, jawab Sudirman. “Bagaimana kalau memilih musyahidan”? “kamu harus berjuang melawan setiap bentuk kebatilan dan berjuang memajukan Islam”, jawab Sudirman. “Jadi semua harus berjuang:?
Kehidupan kampus adalah kehidupan yang luar biasa. Inilah tempat para mahasiswa –sekali lagi: mahasiswa, siswa yang diberi gelar ‘maha’- menunjukkan entitas sejatinya. Bagaimana tidak, disinilah ranah perjuangan kita, menempa segala idealisme, membentuk daya kritis dan kepekaan sosial, serta belajar untuk menjadi manusia yang mandiri dan pemimpin yang berkarakter.
Maka, sudah sepantasnya mahasiswa bergerak dan berjuang, tidak hanya di bidang akademik. Tidak sekedar kuliah, perpustakan, kost yang menjadi rutinitas sehari-hari. Hanya berorientasi pada IPK yang cumlaude, lulus secepatnya, namun akhirnya menjadi manusia yang individualis dan terkekang pada kepentingan pribadi.
Mahasiswa, selaku agen of change sudah selaiknya untuk berpikir dan melakukan ‘manuver’ lebih jauh. Rutinitas diatas boleh jadi memang hal yang penting, namun tidak menisbikan kodrat manusia sebagai makhluk sosial. Padahal, realitas disekitar kita –walau bagaimanapun- memerlukan perhatian dari orang-orang yang dianggap betul-betul tulus dan memiliki idealisme, dan mahasiswa berada di wilayah itu. Mahasiswa dituntut untuk mencermati demokrasi politik, kontemplasi sosial, kepemimpinan nasional, dan pergolakan reformasi.
Tak heran, di beberapa universitas besar, organisasi kemahasiswaan (ormawa) memegang peranan penting yang mempunyai magnet daya tarik luar biasa. Di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas
Universitas Negeri Yogyakarta, sebagai salah satu universitas yang belum lama bertransformasi dari nama Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP)
Aktivis mahasiswa harus berani bergerak, melakukan manuver, berkorban demi terciptanya demokrasi yang lebih baik. Sebagai sebuah tolok ukur: berapa sering terjadinya demonstrasi di
Simpul kata, akankah kita terdiam dalam rutinitas dan menjadi orang biasa? Bukankah sebuah hal yang luar biasa apabila kelak sejarah akan mencatat nama kita dengan tinta emasnya? Sungguh, masyarakat berharap banyak pada mahasiswa. Dan mahasiswa yang kelak akan menjadi pejuang dan pemimpin berkarakter sejatinya muncul dari organisasi yang tersistem dengan rapi.
Kepadamu wahai mahasiswa atau pemuda manakah yang kalian pilih: iskhariman atau musyahidan? Jawabannya: Berjuang!
(farhan_albanna)
No comments:
Post a Comment